Sering kali kata kapitalis masuk ke telinga kita, namun kita hanya menganggapnya sebagai teori dan objek pelajaran yang tertoreh di atas lembar soal ujian. Kata kapitalis dalam kehidupan kita gersang makna dan fakta. Tidak ada esensianya sama sekali, padahal ia adalah subjek kehidupan paling berpengaruh di muka bumi ini. Termasuk negara kita, Indonesia.
Indonesia dalam teori adalah negara berideologi demokrasi berpancasila. Namun, fakta tidak menjelaskan demikian. Negara Indonesia lebih condong berideologi domokrasi kapitalisme. Karena setiap hari, Kesenjangan materialistik semakin luas, Sekulerisme merajalela, dan Pasar bebas semakin terasa mencekik kaum bawah.
Memang tidak kita pungkiri bahwa demokrasi adalah anak kesayangan kapitalisme. Lebih tepatnya, bila kapitalisme adalah ideologi kehidupan, maka demokrasi adalah ideologi politiknya. Penulis tidak bermaksud menjelek-jelekkan, namun mencoba memaparkan kenyataan yang ada. Demokrasi kita compang-camping, disayat kepentingan kelompok dan pribadi.
(Kapitalis harus kita kenal) Mereka adalah investor-investor raksaksa di berbagai ranah kehidupan. Korporasi-korporasi multinasional yang bertengker di negara adidaya dan mengakar di seluruh belahan dunia. Induk-induk organisasi internasional di segala bidang yang tersentral pada satu otoritas keputusan. Menyembah pada satu kekuatan gelap musuh dari cahaya relegius, ialah setan (sebut saja, kaum satanisme).
Bila kapitalisme diartikan sebagai paham atau sistem ekonomi berdasar modal pribadi dalam persaingan bebas, kita tidak akan menemukan program kerja dan tujuan para kapitalis. Ia akan tetap menjadi teori di atas kertas yang miskin esensi. Kapitalisme adalah ideologi terstruktur yang terkendali, menggeliat samar di balik layar kehidupan, namun menciptakan dampak-dampak besar bagi kehidupan manusia. Ia adalah sahabat dekat liberalisme.
Apalagi bila kapitalisme hanya dikaitkan dengan perdagangan saja. Itu akan sangat berdampak bagi kehidupan manusia. Pasalnya, kapitalis tidak hanya bekerja dalam sektor dagang, tapi di sektor lainnya juga.
Yah, namun faktanya, manusia modern terlihat bahlul, “Lho, kok tahu dampaknya, makna harfiyahnya saja nggak tahu.” Orang tua modern hanya tahu susahnya cari uang dan generasi mudanya hanya tahu susahnya menggapai cinta. Pertanyaan kerasnya adalah, Mau dibawa kemana bangsa ini?
Jawaban kerasnya jelas, Nggak dibawa kemana-mana, tapi ngikut kemana-mana. Lha wong bangsa ini sudah digengam oleh kapitalis bangsat kok. Bila kita tidak keluar dari gurita kapitalisme ini, kehidupan akan semakin terombang-ambing dalam rencara degradasi moral. Mengerucut pada kebobrokan bangsa dan hilangnya kedaulatan manusia sebagai makhluk hidup. Maksudnya gimana?
Hak-hak kita akan hilang, kebahagiaan sirna, hidup dalam kesengsaraan ekonomi, terhimpit kejamnya politik gila, merasakan kejamnya belati rezim inlander, dan tentunya mati perlahan-lahan dengan mata melotot melihat kapitalis hidup mulia di atas istana emas kekayaan mereka. Mungkin kita belum kehilangan hak-hak itu, namun sudah banyak yang merasakannya di belahan bumi yang tidak kita ketahui. Belahan bumi yang tidak diliput media.
LIBERALISME, KAPITALISME, SEKULERISME
Singkat jelasnya, tiga kata sub-judul di atas adalah sebuah paham dan sistem. Liberal punya arti bebas (tentu pembaca sudah pada tahu, bahkan paham maknanya). Secara umum liberalisme diartikan sebagai paham kehidupan yang mengedepankan kebebasan pribadi. Siapapun tidak punya hak atas manusia lainnya, karena setiap manusia sudah punya hak masing-masing. Namun bila dibiarkan berkembang subur, liberalisme akan menciptakan kebebasan yang kebablasan.
Kebebasan yang keblablasan akan menciptakan dominasi. Karena individu terlalu bebas, hak pribadi yang diunggulkan menjadi alasan kuat seseorang menguasai beberapa sektor kehidupan. Membeli pulau, membeli hutan, membeli tambang, membeli tanah, semuanya dibeli (meski itu sebenarnya harus dimiliki masyarakat). Liberalisme nyata menciptakan kondisi demikian. Kau punya harta, apapun dapat kau sita
Kebebasan individu inilah yang menciptakan kapitalis bangsat. Berwajah sangar, berdasi rapi, bersenjata bolpoin mampu mengendalikan segalanya dengan tanda-tangan dan suap. Sebuah kepastian, bila kapitalis punya paham liberalisme. Karena dengan paham itulah, mereka bisa menguasai apapun. Liberalisme adalah motor penggerak rencana dominasi kapitais bangsat.
Ungkapannya selalu sama, mengembel-embeli apapun dengan hak, hak, dan hak, “Lho aku kan punya hak untuk membeli, lagi pula aku kan punya uang… Kalau uangku cukup untuk membeli gunung emas, pulau harta karun, dan samudra surga terumbu karang, kenapa tidak? Setiap manusia punya hak beli…”
Bagi kapitalis bangsat, hanya satu yang jadi masalah, Otoritas pemerintahan. Pejabat mendukung apa tidak? Maksud mendukung di sini adalah, dapat disuap apa tidak? Dapat dikendalikan apa tidak? Mau nurut apa tidak? Nah di titik inilah mereka terus berpikir. Berpikir bagaimana caranya menciptakan kader-kader pemegang otoritas pemerintahan yang mau nurut sama dia, si kapitalis bangsat.
Cara yang paling ampuh adalah sekulerisme. Mengenyahkan (menghilangkan) agama dari urusan kehidupan sosial. Intinya, manusia harus memisahkan agama dengan dunia. Potilik itu dunia, harus dipisahkan dengan agama. Berdagang itu dunia, harus dipisahkan dengan agama. Pokoknya, ibadah itu di masjid. Hidup ya hidup, jangan membawa agama dalam kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya, sekulerisme hanya sebuah ungkapan semata. Yang perlu kita pahami adalah gerakan-gerakan dari sekulerisme itu. Jadi kenapa sekulerisme menjadi cara yang paling ampuh untuk mengkader pejabat inlander? Karena agama adalah musuh paling besar bagi kepentingan kapitalis bangsat. Terutama agama islam. Ambil contoh saja, kapitalis bermain dengan riba’ (bunga), sedang islam mengharamkannya. Bila islam diterapkan, bagaimana nasib mereka (kapitalis bangsat)?
Agama selalu mengajarkan kebaikan dan stabilitas kehidupan dunia dan akherat. Sedangkan, kepentingan kapitalis bangsat selalu mengarah pada keduniawian semata. Bila semua kebijakan kapitalis bangsat direspon secara islami, jelas mereka akan kalang kabut, miskin mendadak, dan bangkrut totoal.
Intinya, bila sistem islam benar-benar diterapkan di sektor ekonomi, kapitalis akan rugi. Apalagi ditambah ketika islam diterapkan di sistem politik, mereka akan mati. Ketika para pejabat pemerintahan beriman pada tuhan dan percaya bahwa kejujuran adalah kekayaan sebenarnya, kapitalis bangsat akan benar-benar hancur.
Maka sekeras mungkin, kapitalis bangsat akan menyesatkan manusia modern. Agar mereka jauh dari agama, bahkan tidak kenal dengan agama. Menganggap bahwa sistem agama adalah kesalahan, kebobrokan, candu, dan kekolotan yang tidak koheren di zaman modern. Kapitalis bangsat tidak akan rela, manusia di dunia ini beriman pada tuhan.
Karena, bila manusia beriman pada tuhan, mereka akan jujur dan tawakkal. Bila manusia jujur dan tawakkal, maka tidak bisa disuap dan dipermainkan. Bila tidak bisa suap dan dipermainkan, tidak akan ada kebijakan pemerintah yang mendukung kepentingan materi kapitalis bangsat. Jika kebijakan pemerintah tidak mendukung, eksploitasi alam Indonesia tidak akan terjadi. Uang tidak bisa mengalir, kekayaan tidak bisa didapat.
Nah, kapitalis bangsat inilah yang bermian di balik layar, terus berusaha memfasikkan manusia modern, ketika manusia sudah fasik ia akan kehilangan tuhannya. Beralih pada berhala-berhala modern yang nampak nyata. Di lisan mungkin berislam, namun tindakan dan pola pikirnya munafik mengkhianati islam itu sendiri.
Kita tidak boleh berpikir,
bahwa kapitalis bangsat ini bersifat lokal. Bila penulis menyebut kapitalis bangsat, subjek yang dimaksud adalah sekelompok manusia yang terjaring dalam satu komunitas besar. Bergerak menggurita memainkan antek-anteknya. Si antek menyebah dunia dan materialistik, si ksatria menyembah rajanya. Sedang sang raja menyembah setan yang mulia.
Kita juga tidak boleh merasa, bahwa kapitalis bangsat ini bergerak di satu komoditas saja. (misal perdagangan). Mereka adalah kesatuan terpisah, terkomando dari central control, menjangkit seluruh ranah bidang kehidupan. Ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, teknologi, berbagai indutri film dan musik, bahkan agama. Bahkan bisa dibilang, tidak ada bidang yang tidak mereka kendalikan.